Detik demi detik jarum jam terus berputar, hangatnya mentari membuat pria itu lalai dengan suasana pagi begitu indah pada saat itu, sampai-sampai tidak terasa waktu terus berlalu.
Tidak lama kemudian, pria yang berkulit putih tersebut mencoba untuk melangkah mencari arti hidup yang sesungguhnya.
Pria yang lahir di sebelah mata hari terbenam tersebut, pertamanya tidak ada minat untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi, karna kondisi ekonomi keluarganya yang tidak mendukung, terkadang ia ingin juga bercita-cita untuk mengapai bitang di langit, dan ia juga berpikir hal yang biasa dilakukun oleh Almarhum ayahnya, keluarga yang sembilan bersaudara ini, setelah mereka lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP), Almarhum ayahnya tidak memberi seorangpun anaknya untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi, Almarhum lebih menganjurkan kepada anak-anaknya untuk masuk ke Pasantren, mengingat hal tersebut pria berkulit putih itu begitu sulit untuk melangkah lebih jauh. Pria yang sering di sapa oleh teman-temannya dengan sapaan Adul, Akhirnya memilih untuk pergi meninggalkan sejenak kampung tercinta, pria yang berkelahiran 15 desember ini berkeiginan untuk bekerja di sebuah desa tempat kediaman Kakaknya, yang pada umumnya aktivitas masyarakat desa tersebut mereka bekerja membuat bata dari tanah yang bewarna kuning bagi mereka itu adalah emas yang sangat beharga.
Pria yang baru
bertamu di desa tersebut, tinggal bersama kakak nya yang telah lama menghunikan
desa itu, pria yang kelihatan nya begitu lelah, akhirnya dia membaringkan
sejenak untuk ber istirahat. keesokan harinya, suasana mulai terasa beda, pria
tersebut menikmati dengan secangkir kopi dan hangatnya mentari.
tak lama kemudian
mencoba mengayunkan langkah untuk mencari aktivitas di desa tersebut, kakaknya
yang selama ini berpisah denganya, mencoba mengajak pria tersebut pergi
disebuah tempat yang biasa kakaknya beraktivitas setiap matahari terbit sampai
matahari terbenam. kakaknya bekerja membuat benda yang berbentuk segi empat yang
di buat dari tanah liat sengat licin dan lembut, lalu kakaknya melakukan
pekerjaan itu dengan senyuman yang manis, yang membuat pria itu semangat untuk
mencobanya. waktu terus berlalu, matahari udah mulai mengambil posisinya
disebelah barat, mereka bergegas untuk pulang.
Esok harinya, pria
tersebut bangun tidur dengan begitu semangat, disaat mentari mulai menyinari,
pria itu mengayunkan langkah demi langkah tidak menunggu ajakkan dari kakanya,
ia langsung pergi melakukan pekerjaan yang selama ini dilakukan oleh kakaknya,
begitu berat baginya mungkin belum terbiasa. Tak lama kemudian kakaknya datang
dia terkejut, lalu kakaknya menyapa dengan senyuman manis yang membuat dia
semangat untuk bekerja lebih keras lagi. hari demi hiri ia lalui dengan penuh
semangat dan bekerja keras, tidak peduli dengan keadaan dan waktu.
Waktu terus
berlalu,diseketika pria tersebut duduk termenung memikirkan bagaimana hudup
seseorang tanpa Ilmu, pria itu teringat kata guru pengajian TPA nya bilang, “Ilmu adalah sebuah cahaya yang menerangi
kegelapan, tanpa ilmu dunia ini terasa gelap,”
detik jam terus berputar, pria tersebut masih duduk terpaku merenungkan bagaimana nasibnya kedepan.
detik jam terus berputar, pria tersebut masih duduk terpaku merenungkan bagaimana nasibnya kedepan.
Beberpa bulan kemudian, akhirnya ia mencoba untuk mencurahkan sedikit keinginan hatinya untuk pergi melangkah mencari cahaya untuk pejalanannya kedepan kepada kakak yang selalu memberikan senyum menis untuknya. Keesokan harinya pria ini bergegas untuk balik kekampang halamannya, disaat mentari mulai menyinari bumi, pria ini dengan wajah begitu semangat tak sabar lagi ingin berjumpa dengan Ibu dan saudara-saudara kampung untuk melepaskan rasa rindu, dan mencurahkan keinginan hatinya yang selama ini.
Disaat pertengahan
tahun mulai tiba, anak kedelapan dari sembilan bersaudara tersebut berangkat
dari kampung halamannya meninggalkan Ibu dan saudara-saudaranya, pria
yang tak sabar lagi ingin melihat dan merasakan keindahan yang
diceritakan selama ini oleh kawan-kawannya.
waktu senja terasa lama berlalu, detik jarum jam terus berputar hingga malam tiba, dia tertidur lelap hingga pagi menyapa, Banda Aceh pun tiba.
waktu senja terasa lama berlalu, detik jarum jam terus berputar hingga malam tiba, dia tertidur lelap hingga pagi menyapa, Banda Aceh pun tiba.
Satu minggu kemudian, pintu Fak.Dakwah terbuka Jurusan KPI menyambutnya dangen
senang hati sampai detik ini.
penulis : Abdullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar