Selasa, 30 Oktober 2012

SENYUMAN MANIS MENGAYUNKAN LANGKA DISAAT MATAHARI TERBIT


                                                                                                                                               

Senja berlalu, malampun tiba, tiupan angin yang membawa kesejukan sampai mentari  terbit begitu menghangatkan, pria yang lahir 15 Desember yang diberi nama  Abdullah, terbangun dari tidurnya disaat mentari menyinari bumi menikmati  suasana pagi sambil ngopi..

Detik demi detik jarum jam terus berputar, hangatnya mentari membuat pria itu lalai dengan suasana pagi begitu indah pada saat itu, sampai-sampai tidak terasa waktu terus berlalu.
Tidak lama kemudian, pria yang berkulit putih tersebut mencoba untuk melangkah mencari arti hidup yang sesungguhnya.

Pria yang lahir di sebelah mata hari terbenam tersebut, pertamanya tidak ada minat untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi, karna kondisi ekonomi keluarganya yang tidak mendukung, terkadang ia ingin juga bercita-cita untuk mengapai bitang di langit, dan ia juga berpikir hal yang biasa dilakukun oleh Almarhum ayahnya, keluarga yang sembilan bersaudara ini, setelah mereka  lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP), Almarhum ayahnya tidak memberi  seorangpun anaknya untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi, Almarhum lebih menganjurkan kepada anak-anaknya untuk masuk ke Pasantren, mengingat hal tersebut pria berkulit putih itu begitu sulit untuk melangkah lebih jauh. Pria yang sering di sapa oleh teman-temannya dengan sapaan Adul, Akhirnya memilih untuk pergi meninggalkan sejenak kampung tercinta, pria yang berkelahiran 15 desember ini berkeiginan untuk bekerja di sebuah desa tempat kediaman Kakaknya, yang pada umumnya aktivitas masyarakat desa tersebut mereka bekerja membuat bata dari tanah yang bewarna kuning bagi mereka itu adalah emas yang sangat beharga.
Pria yang baru bertamu di desa tersebut, tinggal bersama kakak nya yang telah lama menghunikan desa itu, pria yang kelihatan nya begitu lelah, akhirnya dia membaringkan sejenak untuk ber istirahat. keesokan harinya, suasana mulai terasa beda, pria tersebut menikmati dengan secangkir kopi dan hangatnya mentari.
tak lama kemudian mencoba mengayunkan langkah untuk mencari aktivitas di desa tersebut, kakaknya yang selama ini berpisah denganya, mencoba mengajak pria tersebut pergi disebuah tempat yang biasa kakaknya beraktivitas setiap matahari terbit sampai matahari terbenam. kakaknya bekerja membuat benda yang berbentuk segi empat yang di buat dari tanah liat sengat licin dan lembut, lalu kakaknya melakukan pekerjaan itu dengan senyuman yang manis, yang membuat pria itu semangat untuk mencobanya. waktu terus berlalu, matahari udah mulai mengambil posisinya disebelah barat, mereka bergegas untuk pulang.
Esok harinya, pria tersebut bangun tidur dengan begitu semangat, disaat mentari mulai menyinari, pria itu mengayunkan langkah demi langkah tidak menunggu ajakkan dari kakanya, ia langsung pergi melakukan pekerjaan yang selama ini dilakukan oleh kakaknya, begitu berat baginya mungkin belum terbiasa. Tak lama kemudian kakaknya datang dia terkejut, lalu kakaknya menyapa dengan senyuman manis yang membuat dia semangat untuk bekerja lebih keras lagi. hari demi hiri ia lalui dengan penuh semangat dan bekerja keras, tidak peduli dengan keadaan dan waktu.

Waktu terus berlalu,diseketika pria tersebut duduk termenung memikirkan bagaimana hudup seseorang tanpa Ilmu, pria itu teringat kata guru pengajian TPA nya bilang, “Ilmu adalah sebuah cahaya yang menerangi kegelapan,  tanpa ilmu dunia ini terasa gelap,”
detik jam terus berputar, pria tersebut masih duduk terpaku merenungkan bagaimana nasibnya kedepan.

Beberpa bulan kemudian, akhirnya ia  mencoba untuk mencurahkan sedikit keinginan hatinya  untuk pergi melangkah mencari cahaya untuk pejalanannya kedepan kepada kakak yang selalu memberikan senyum menis untuknya. Keesokan harinya pria ini bergegas untuk balik kekampang halamannya, disaat mentari mulai menyinari bumi, pria ini dengan wajah begitu semangat tak sabar lagi ingin berjumpa dengan Ibu dan saudara-saudara kampung untuk melepaskan rasa  rindu, dan mencurahkan keinginan hatinya yang selama ini.
Disaat pertengahan tahun mulai tiba, anak kedelapan dari sembilan bersaudara tersebut berangkat dari kampung halamannya meninggalkan Ibu dan saudara-saudaranya, pria yang  tak sabar lagi ingin melihat dan merasakan keindahan yang diceritakan selama ini oleh kawan-kawannya.
waktu senja terasa lama berlalu, detik jarum jam terus berputar hingga malam tiba, dia tertidur lelap hingga pagi menyapa, Banda Aceh pun tiba.
            Satu minggu kemudian, pintu Fak.Dakwah terbuka Jurusan KPI menyambutnya dangen senang hati sampai detik ini.
 penulis : Abdullah
                                    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar