15 Maret 1991, sebelah Timur mentari
terbit memancarkan cahaya dengan penuh kehangatan, pagi begitu cerah pada saat
itu, mentari memancarkan sinar hingga barat ikut terang.
“Jantho Baru” adalah sebuah desa yang
agak sedikit
jauh dengan ibu kota, Pada desa itulah lahir seorang “Satria” yang membawa sinar pada saat itu, hingga aku
mengenal seorang “Putra” yang begitu gagah cerdas dan berani.
Kampus adalah salah satu objek yang
membuat semua orang bias dekat antara satu sama lain, hari demi hari di situlah
terlihat dan mengenal lebih dalam sosok Satria putra Jantho tersebut, tapi pada
waktu itu, satria belum begitu dekat dengan kawan-kawan unit nya dia hanya
berteman beberapa orang saja, hari-hari terus berganti tak lama kemudian,
tempat kuliah dah mulai masa proses rahabilitas yang butuh waktu angak sedikit
lama, dan mereka terpaksa harus pindah ketempat lain, Adidarma istana sementara
tempat, dia menuntut Ilmu dalam masa proses Rehabilitas tersebut. Dengan penuh
semangat
Waktu telah tiba, detik jarum jam tak
bias terhenti pada saat itu, ruangan tak sabar menunggu suara seorang Putra
yang selalu menghibur Teman-teman
dengan kecerdasan dan keberanian dalm berdiskusi, Satria putra nama lengkapnya,
nama yang tak asing lagi di unit dua, Satria adalah sosok orang yang ramah dan
peduli dengan keadaan,
semua Dosen dan teman-teman mudah sekali mengingat nama itu di sebabkan dengan keramahannya.
Pria bertubuh tinggi kurus itu juga
pernah menjadi
pemimpin unit dengan penuh rasa tanggung jawab dan peduli kepada anggota-anggota unit, Tapi sayang, seorang satria
harus rela tersisih dari kawan-kawan kampusnya. Niat tulus untuk terus
melanjutkan kuliah, tidak mendapat dukungan manis dari ekonomi keluarganya yang
tergolong pas-pasan. Saat itu juga ia memutuskan untuk berhenti kuliah sejenak
dan terus terjun kedunia kerja.Agustus hampir berakhir, informasi yang terdengar
seorang satria sudah
mulai bekerja di sebuah tempat yang tidak jauh dari tempat kuliahnya dulu, Barak
yang terletak disamping jalan yang selalu di lintasi oleh teman satu ruangnya,
yang sering dilihat walaupun hanya sekejab. Syukurnya ketika itu dia langsung
diterima pada sebuah perusahaan terkenal
yang mengontrak pembangunan drainase Kota Banda Aceh. Satria bersama 30
pekerja lainnya ditempatkan sebagai pekerja lapangan, yang bertugas
mengumpulkan bahan material kedalam satu paket untuk nantinya dicetak menjadi
sebuah precise.
Anak
ke tiga dari lima bersaudara tersebut,
juga selalu ingin tau dengan keadaan kampus, ia selalu berusaha meluangkan
waktunya untuk saling berdiskusi bersama teman-teman tentang keadaan mereka
masing-masing. Dia sosok penghibur, selalu bersemangat dan sangat percaya diri,
begitulah teman-temannya menjelaskan tentang diri satria. dalam kesibukan
kerjanya dia berusaha selalu ada waktu untuk teman- temannya yang dikampus, walaupun tak bisa bertatap muka, tapi suara satria juga
bisa terdengar di telinga kawan–kawannya melalui benda kecil, satria sosok orang memiliki wawasan
yang luas, yang sanggup memahami keadaan, baginya jauh bukan satu alasan untuk
tidak peduli kepada kawan – kawannya.
Tepat empat bulan setelah ia bekerja
pada perusahaan tersebut, diketahui satria tidak sadarkan selama dua hari.
Rekan kerjanya menyebutkan, satria terlampau semangat untuk bekerja. Bahkan
saat-saat istirahat pun ia lupakan, sebagai trik mengejar target. Sampai
akhirnya suatu hari ia roboh diatas tumpukan pasir menggunung dibawah cengiran
sang mentari.
“satria
harus beristirahat selama enam bulan dan dia tidak bisa bekerja dibawah terik
matahari lebih dari dua jam” begitulah pesan sang dokter kepada orang tuanya
sejenak sebelum membawa satria pulang kerumah.
Semenjak
kejadian itu, satria tidak lagi bekerja. Barang-barangya pun sudah diantar oleh
rekan-rekan kerja ketika menjenguk satria sakit. Setelah baikan ia bertekat
untuk kembali berkuliah, dengan catatan harus memiliki kerja sampingan sebagai
penompang hidupnya. Satria pun menyelesaikan administrasi kampus, dan mengubah
status diri dari mahasiswa nonaktif menjadi aktif kembali.
Waktu terus
berlalu, wawasan dan pengalaman semakin bertambah, dia
bekerja pada sebuah Cv yang aktif sebagai perusahaan pengadaan barang dan jasa.
Berbeda dengan karyawan lain,
dengan panuh semangat juang dan komitmen yang tinggi,
ia kerap menyelesaikan tugas kerjanya pada malam hari. Karena pada siang
harinya ia harus menjalani aktivitas kampus. Disaat rekan kerja meninggalkan
Satria untuk pulang ketempat tinggal masing-masing, justru tidak membuat
semangatnya pudar. Ia terus menyelesaikan tugas walaupun rasanya mata ingin
terpejam, kepala yang telah mengangguk, ia tetap harus mempertahankan nya,
karena masih ada setu dua lagi yang masih setia menatap kotak kecil itu, demi
tugas secara pelan-pelan, hingga nanti waktu yang telah ia atur untuk
beristirahat menyapanya.
Seperti malam-malam biasanya pria itu
telah duduk dengan sigap, di depan meja kecil yang telah penuh oleh tumpukan
lembaran-lembaran tebal. Suara iringan musik melayu kesukaannya melengking
sepanjang malam, menemani tarian jari-jari pria itu diatas keyboard
komputernya. Tak terasa malam semakin larut pria dengan wajah yang begitu
santai Seperti enggan lelah, jari-jari kecil
itu terus meloncat, menginjak huruf-huruf penanda yang terlihat mulai pudar. Sampai akhirnya alarm saat ia beristirahat
berbunyi, setelah jarum panjang arjoli berputar sampai beberapa kali dan kini
menunjuk kearah angka empat. Begitulah tanggung jawab seorang satria, Tapi Putra jantho itu tak
pernah bosan menemani malamnya hingga pajar mulai terbit.
Keyakinan diri satria bertambah ketika
dia diterima bekerja disebuah Cv, yang siap menerimanya walau masih seorang
mahasiswa. Sesuata yang begitu beharga baginya, semangat kuliahpun semakin
bertambah dan pengen rasanya ingin cepat-cepat menikmati suasana itu, Pimpinan
perusahaan menetapkan satria sebagai pekerja dimalam hari, sambil menjaga
pelanggan yang sedang melakukan browsing internet.
Waktu terus berganti, Pria
itu mulai berkuliah kembali dengan penuh rasa percaya diri dan semangat yang
tinggi sehingga Kawan-kawan menerimanya dengan penuh rasa keiklasan,dan ruang yang selama ini sepi, dengan kembalinya seorang
“Satria”susana ruang sudah hidup kembali. Kawan-kawan merasa senang pada saat itu, seorang “satria” yang
selama ini menghilang dalam keramaian tapi dia bisa kembali
lagi saat sunyi menghantui.
Disaat pagi mulai menyapa, Ia
mulai mengayunkan langkah kakinya untuk bergegas pergi kekampus, jalan pagi
sudah menjadi hal biasa baginya, itulah waktu olah raganya walaupu agak sedikit
lelah. Setiap mata kuliah dia ikuti dengan penuh keiklasan. Hingga jam kuliah berakhir, selama enam bulan waktu
meniggalnya dari barisan yang sebelumnya sejalan dengan kawan-kawannya, dengan
penuh keyakinan seorang satria berusaha meluruskan kembali barisan itu.
Waktu terasa
begitu cepat berlalu pada saat itu, hari yang dilaluinya penuh dengan canda dan
tawa sehingga teman-teman terhibur dengan candanya, dalam waktu yang begitu
singkat, Putra jatho itu terpaksa berpisah lagi dengan teman-temannya dengan
ruang dan waktu yang berbeda, karena Ia harus mungulangi lagi bersama waktu
yang sudah tertinggal.
Enam bulan kemudian, catatan perpisahan sudah mulai
tertutup, barisan yang tertinggal sekarang sudah mulai rapi, pria itu sekarang
sudah mulai berjalan kembali sebahu dengan kawan-kawannya, dengan ruang dan
waktu yang sama. Coretan tinta yang tertinggal sekarang sudah memiliki warna
yang sama.
Selain
mempunyai sosok pemimpin yang adil, Satria memiliki beragam hobi, berkarya
adalah sudah menjadi tenggung jawab untuk dirinya dalam kata lain itu memang
harus dilakukan, namun yang terus melekat adalah mengarang dan menulis puisi,
Ia
juga hampir setiap minggunya mengirim hasil karya puisi yang ia karang sendiri
ke redaksi koran-koran lokal. Namun sayang puluhan karya yang telah ia kirim,
hanya pernah terbit sekali. Itu juga mengalami kesalahan redaksi yang
menggabungkan karyanya dengan karya orang lain. Teman-teman yang menyadari hal
itu senantiasa memberi dukungan moral untuk satria, agar tidak pernah lelah
berkarya. Mereka percaya dan selalu meyakini satria bahwa suatu saat nanti
karyanya akan di cari orang.
Satria pun meng-aminin perkatakaan
kawan-kawannya itu. Walau mungkin ia hanya menganggapnya sekedar lelucon. Ia
juga sudah bertekad dalam hati untuk terus berusaha dan mengasah kemampuannya.
Seperti halnya membandingkan karyanya dengan karya orang lain yang sering
terbit. Satria mencoba untuk tidak pernah berputus asa, walau kadangkala
puisinya yang ia anggap bagus, namun tidak urung terbit.
Dengan semangat yang tak pernah pudar, puisi-puisinya sudah banyak diterbitkan di media-media masa, seperti koran
dan majalah lokal di aceh.
Dan ia juga memiliki wadah kusus untuk karya-karya yang telah siap disajikan
dengan kreatifitasnya yang begitu besar, Satria juga memiliki Blogspot tempat
untuk menuangkan karya-karya tercintanya
dan banyak juga dipersembahkan untuk kawan-kawan tercinta. Sampai
akhirnya mereka termotivasi untuk menulis karya-karya ilmiah, dan mulai giat
berlatih hingga menghasilkan karya-karya yang berbeda.
Ini adalah
salah satu karya tulis Satria putra yang ditulis pada tanggal 29 Febuari,
dengan judul “PEMBOHONG”
Aku
sering berbohong
Kadang
aku terpaksa,
Kadang
aku sengaja
Mungkin
karna aku sering berbohong
Aku
sudah biasa
Hidupku
tak pernah kosong
Semuanya
mudah
Karna
aku sering berbohong
Aku
tidak pernah takut
Apa
lagi pada yang menggonggong
Berikan
saja dia roti
Itu
sudah lebih cukup
Kenapa
harus khawatir
Berbohong
saja lagi
Mudah,
semuanya mudah
Karna
aku sering berbohong
Ayo
ikut..!!
Syurga
ada disini
Semuanya
lengkap
Aku
kembali berbohong
karya ini
ditulis disaat ruang watu yang kosong pada jam kerjanya, kenapa dia menuliskan
judul puisi itu “Berbohong”,,?? Kita ketahui berbohong itu dosa, tapi keadaan
pada saat itu satria memang harus berbohong pada dirinya sendiri, terkadang dia
lapar dia tidak menampakan kepada orang bahwa dirinya lapar, dan terkandang dia
lelah, juga tak ingin memperlihatkan lelahnya itu kepada kawan-kawannya, dengan
tujuan supaya kawan bisa semangat dalam menjalankan aktivitas, walau dalam
keadaan apapun.
Satria juga orang
yang selalu akrab dangan kawan-kawannya, yang selalu menghidupkan suasana hari
bagitu cerah, dengan pebgalamannya yang cukup, wawasan yang luas, dia selalu
peduli kepada teman-temannya yang malas untuk kuliah,dorongan dan motivasi-motivasi
selalu ada untuk kawan-kawannya, semangat juang selalu deberikan walau hanya
seuntai kata, tapi itu semua sangat bermanfat bagi orang lain. Satria adalah
pahlawan yang penuh rasa tanggung jawab. ia bisa kita ibaratkan “sepaerti lilin
yang rela bekorban demi keterangan”
Sifat rendah
hati yang tak bisa di pungkiri lagi dalam dirinya terkadang dalam canda ada
juga menyakitkan tapi itu sudah hal biasa, senyum adalah identitas yang selalu
di nampakakan, walaupun dalam kesedihan. Hal yang sering dilakukan disaat dalam
keramaian adalah menghibur, canda dan tawa selalu tercipta disaat bersamanya
itulah hal yang tak bisa dilupakan oleh kawan-kawan terhadapnya.
Dan dia juga memiliki sifat yang sedikit egois, yang cepat sekali mengambil
keputusan dengan tidak mengetahui apa yang terjadi sebenarnya, dan satria juga
orang yang tak boleh dibohongi sama sekali, kalau sekali dilihat hitam yang
seterusnya juga hitam. Begitulah sikap seorang “satria”.
Hari terus
berlalu, Satia terus bekerja keras untuk mempertahankan perjuangannya yang
sempat terhenti sejenak dalam perjalanannya, yang pada saat itu dia
tidak bisa berbuat sesuatu untuk dirinya, oleh karena itu, satria selalu berusah agar kedepan tidak terulang lagi
kejadian menyedihkan itu, walaupun kehidup yang dilalui sekarang penuh dengan
beban yang berat. Laki-laki jantho itu masih juga menemani malam walaupun badan
sudah mulai kurus. Sayang,,terkadang dia sadar untuk menjaga kesehatannya, tapi
apa boleh buat, keadaan selalu menuntut dia untuk selalu siap menjalankannya.
Harapan kedepan
yang selalu ditanamkan oleh seorang Satria adalah dari perjuangan dia sekarang,
Ia tak ingin selalu bernaungan di bawah orang lain, dia akan berusah untuk
punya usaha mandiri kedepannya, dia yakin dia juga bisa seperti orang yang
mampu dan sukses menjalankan usahanya, dengan mengandalkan pengalaman dan ilmu
yang di dapatkan disaat perkuliahan.
Begitulah perjuangan seorang satria yang
tak mengenal putus asa, yang selalu berusaha mencoba untuk bangun kambali dari tidurnya, walaupun banyak
rintangan yang harus dilalui tapi itu semua dilalui dengan penuh kesabaran,
keiklasan, semangat yang tinggi, dan ketabahan, do’a dan usahanya berjalan
bersama waktu, yang Alhamdulillah pada saat ini Satria putra sudah mampu
memenui kebutuhan dirinya sendiri, juga keluarganya. Dan kesenangan yang
dirasakan saat ini begitu mendukung untuk berkarya lebih bagus lagi dan juga
bisa membantu orang lain.
Pria yang berasal dari Kota Jantho
tersebut memiliki keinginan yang besar, dan ingin selalu melihat perubahan baik
itu pada dirinya maupun pada orang lain, dia sangat memiliki kemampun untuk
mengubah sebuah keadaan, dia senggup memberikan arahan, solusi, tapi sayang,
pria tersebut tidak mau mengerakkan jiwa dan raganya untuk kemajuan tersebut,
dia Cuma bias bermain dibelakang layar kayaknya, itulah sedikit kekurangan yang
ada pada pria tersebut, yang tak ingin memperlihatkan kemampuannya, pada hal
itu kepentingan bagi orang banyak, mmmm,,,!! sejauh ini kita tak tau apa yang
sebenarnya yang terpikir dalam pikiran anak yang berkelahiran 15 maret itu.
mungkin itu kepribadian seorang satria.
Hidupnya telah terorganisir dengan motto
yang ia tanamkan sejak pertama masuk kuliah.
“The
Best Life Is Never Complain. If Other Can, Why I Can’t” begitu kira-kira bunyinya. Dan sejak itu juga,
ia terus menjalani hidup dengan keadaan yang terus ia syukuri. Mencoba tetap
tegar dan tidak mengeluh , walau seberat apapun batu masalah yang ia pikul. Dengan
motto yang di tanamkan itu, Seorang Satria akan selalu berdo’a dan mengadu nasib
kepada Allah SWT, supaya Allah selalu memberikan kemudahan kepadanya.
Sekian,,!!
Ditulis 2 juni 2012
Penuliis
Abdullah and Satria Putra