Jumat, 18 Januari 2013

MENGUAK ALIRAN SESAT DI SYURGA KECIL KAMI

http://dolles-rm.blogspot.com/Suara azan sayup-sayup bergema. Mata terbuka, badan tersentak terbangun dari lelap tidur. Subuh itu sangat sunyi, sepi dan dingin. Hanya merdu suara azan yang menghangatkan tubuh untuk segera bangkit dari tempat yang empuk dan nyaman. Tapi mata ini serasa sulit untuk terbuka lebar. Badan seolah-olah memikul benda berat sehingga tak sanggup untuk bergerak.
Saya melirik jam di handphone yang menunjukkan pukul lima lewat dua puluh. Suara ketukan pintu kamar membuat saya terkejut. Beberapa kali suara itu memanggil dan menyuruh untuk bangun. Langsung saja saya melompat dari tempat tidur dan membuka pintu. Ternyata teman satu kost, gadis berparas Mediteranian itu mengajak saya untuk salat. Wajahnya seperti orang Arab. Kemudian kami berdua menuju ke kamar mandi untuk wudhu dan menjalankan salat subuh berjamaah. Usai menjalankan ibadah wajib tersebut, hati terasa damai dan tentram. Seperti merasakan cinta sang khalik merasuk ke tubuh dan mengalir dalam darah. Do’a kami panjatkan dengan penuh keikhlasan, mengharap hari ini menjadi hari yang penuh dengan ridha-NYA.
Pagi itu, diawal tahun 2011. Suasana hangat menemani keluarga yang beranggotakan enam orang di rumah kontrakan di daerah Jambotape. Inilah syurga kecil kami. Hari yang sangat menantang bagi saya dan gadis arab itu. Kami merencanakan misi untuk menguak kasus besar tentang pertentangan aqidah umat islam, yaitu aliran sesat. Kejadian itu berada dalam ruang yang begitu sempit, sangat dekat dengan kami, tentunya di rumah kontrakan. Sehingga saya memberanikan diri untuk mencoba menyelesaikannya.
Seperti biasa jam enam pagi, kami sudah mulai beraktvitas. Usai salat subuh kami berenam selalu melakukan aktivitas yang sama. Setiap hari Rabu dan Minggu kami bersiap-siap untuk jogging di Blang Padang. Tapi pagi itu, saya dan gadis Arab itu tidak ikut dengan alasan ingin membuat tugas kuliah karena nanti siang harus dikumpul. Teman-teman yang lain mengerti hal tersebut, dan mereka langsung pergi berempat saja. Sepeda sudah disiapkan dan mereka langsung meluncur ke tempat tujuan. Selain olahraga, juga untuk menghirup udara pagi yang bersih dan sejuk. Tidak ketinggalan juga untuk menikmati sunrise yang indah.
Beberapa detik setelah mereka mengayuh sepeda, saya bersama teman saya memulai misi tersebut. Dengan nafas tak menentu dan detak jantung cepat, kami menyusuri kamar salah satu teman kost yang dicurigai. Layaknya detektif kami mengendap masuk dan melirik kesegala penjuru kamar. Kami mencari buku bacaan dan notes yang sering mereka baca. Akhirnya kami menemukannya. Buku bacaan itu setebal Al-quran, kulitnya berwarna coklat muda. Terletak di dalam lemari buku, posisinya disusun agak ke sudut. Perlahan kami menghitung deretan buku agar tidak tertukar saat kami menaruhnya kembali.
Sedangkan buku catatan yang kami cari terletak di atas Al-qur’an terjemahan yang sering mereka baca. Saya mencoba membuka buku tebal tersebut dan sempat membaca satu kalimat pendahuluan yang sangat jarang saya temui dalam buku bacaan lainnya. Kalimat tersebut adalah “Atas nama Tuhan.” Saya terkejut dan berusaha untuk tenang. Selanjutnya saya membaca lagi dua kata yang asing terdengar yaitu “Millata Abraham.
Tiba-tiba teman saya memanggil dan memperlihatkan Al-qur’an terjemahan yang ia buka. Al-quran tersebut sudah dicoret dan digaris bawahi dengan pensil pada kalimat terjemahannya. Sedangkan notes mereka terdapat catatan pulpen hijau yang berisikan penjelasan atau tafsir dari terjemahan Al-qur’an. Kami tidak terlalu memperhatikan hal tersebut, karena kami harus mencetak buku tebal itu dengan waktu yang tidak lama.
Jam masih menunjukkan pukul tujuh. Secepat mungkin kami meninggalkan kamar itu. Dengan langkah cepat kami langsung saja menaiki sepeda motor tanpa memanaskannya terlebih dahulu. Kami mencari photo copy terdekat. Namun belum ada satu pun yang buka. Mungkin karena masih pagi. Semangat kami tidak cukup disitu, sepeda motor tetap melaju hingga tepat di depan toko photo copy yang baru saja dibuka.
Kami sedikit kesulitan untuk mencetak buku tersebut, karena waktu yang dibutuhkan tidak terlalu banyak, sedangkan bukunya sangat tebal. Kami khawatir mereka pulang dan kami belum menyelesaikan misi tersebut. Kami sangat terburu-buru. Namun mesin pencetak itu belum di panaskan, sehingga saya menjadi sangat cemas. Akhirnya menunggu sebentar dan langsung mencetak kembaran buku tersebut. Mengingat waktu sudah jam delapan kurang sepuluh, akhirnya kami menyudahinya. Tidak sanggup mencetak buku setebal itu dalam waktu sedikit. Hanya 24 halaman saja, dan kami langsung pulang. Manaruh kembali buku tersebut di tempat semula. Saya bersama gadis Arab menenangkan diri. Menarik nafas dalam-dalam dan bersyukur kepada Allah sambil mengucapkan Alhamdulillah untuk misi pertama. Selesai walupun tidak 100% berhasil.
Waktu seakan berjalan begitu cepat. Tanpa menunggu apapun, ia bergerak seenaknya saja. Perjalanan hidup pun berubah seiring berjalannya waktu. Teman masa kecil saya dulu kini menjadi aneh dan berubah tidak seperti biasanya. Padahal kami sudah seperti saudara. Saya begitu merasakan hal itu. Saya sangat menyayanginya. Takut sekali sesuatu terjadi menimpanya.
Dia teman dekat saya, sangat dekat. Sehingga kami sering dikatakan saudara kembar karena wajah yang hampir serupa. Bagai “pinang dibelah dua”. Itulah sebutan untuk kami berdua oleh teman-teman kost lainnya. Segala sesuatu selalu bersama, kemana pun pergi juga berdua. Bahkan kami bercerita sebelum tidur sampai tidak ingat waktu. Sering teman yang berparas Arab itu mengingatkan untuk istirahat, tapi seperti cerita tidak pernah habis-habisnya untuk kami bahas. Sehingga tidak tahu kapan dan jam berapa kami sudah terlelap di tempat tidur.
Tapi belakangan ini dia terlihat berbeda. Saya memperhatikan dia sering pergi dan keluar rumah. Bahkan tidak jarang dia pernah pulang malam. Beberapa teman baru sering menjemput. Sebelumnya mereka belum pernah ke kost. Sekarang sudah sering menginap di kost kami. Saya heran karena mereka mengunci pintu kamar saat bersama. Pernah saya mengetuk dan pura-pura mengambil sesuatu di sana. Karena penasaran saya pun memberanikan diri masuk ke kamar. Tapi tidak terlihat adanya perbedaan saat saya memperhatikan sekeliling kamar. Aktivitas mereka ada yang sedang menulis, membaca buku dan memegang Al-quran terjamahan. Saya berpikir positif, mungkin mereka sedang belajar dan membuat tugas kuliahnya.
Dalam benak terlintas ada apa sebenarnya. Apa yang telah terjadi. Tapi ternyata teman akrab masa kecil saya telah terjebak dalam pendangkalan aqidah yang sedang maraknya terjadi di bumi syariat. Akhir-akhir ini, aliran sesat masuk ke Aceh. Padahal selama ini Serambi Mekah dikenal cukup kental dalam beragama. Ternyata, diam-diam aliran sesat telah berkembang di sana. Di awal tahun 2011, masyarakat Aceh digemparkan dengan adanya aliran sesat “Millata Abraham.” Aliran sesat ini pertama terdeteksi dan berkembang di salah satu kabupaten di provinsi Aceh.
Pernah suatu ketika, saya mengajak teman-teman kuliah ke salah satu tempat rekreasi di daerah Ulee Lheue, Banda Aceh. Kami memang sering meluangkan waktu sejenak untuk bermain dan menenangkan pikiran saat lagi banyak-banyaknya tugas kuliah. Sore itu, selepas pulang dari kampus kami pun menuju ke lokasi. Aroma asap jagung bakar membuat perut lapar sehingga kami memilih untuk berhenti di salah satu tempat jajanan tersebut. Sambil menyantap jagung bakar yang enak, kami mulai bercerita dan bercanda seperti biasanya. Tiba-tiba salah seorang kampus saya membuka pembicaraan tentang pengalaman tetangganya yang masuk ajaran sesat. Kami langsung tersentak dan mendengarkan ceritanya yang panjang lebar. Teman saya yang lainnya juga ikut bercerita karena ia memperoleh informasi yang sama tentang ajaran tersebut dari kakak seniornya di kampus. Akhirnya kami terlarut dalam pembicaraan yang sedang panas-panasnya menghantui masyarakat Aceh.
Tiba-tiba saya teringat dengan teman kost. Terbesit dalam benak saya apakah dia juga termasuk dalam kegiatan tersebut atau mungkin saja ia terjebak oleh teman-teman barunya. Teringat misi pertama yang telah saya lakukan, sehingga ingin menguak lebih lanjut tentang hal tersebut. Saya akan melanjutkan misi itu. Suasana sore di Ulee Lheue semakin serius karena masing-masing dari kami mengemukakan pendapat tentang aliran sesat tersebut. Sebelum matahari terbenam, kami bergegas untuk pulang. Sunset sore itu menjadi saksi pembicaraan kami untuk menuntaskan kasus tersebut.
Setelah gencar-gencarnya peristiwa itu, mahasiswa dan masyarakat menjadi heboh. Mereka tidak mau ketinggalan informasi dan terus update tentang aliran sesat di Aceh. Sehingga organisasi yang berbasis dakwah sering membuat forum diskusi dan seminar yang bertema aliran sesat. Saya sering mengikuti kegiatan tersebut dan sempat berkonsultasi dengan narasumber dalam seminar tersebut. Saya meminta solusi untuk teman saya agar terbebas dari cekraman aliran yang menyesatkan itu.
Ketika saya mengikuti beberapa seminar tentang kemusyrikan yang sedang merajalela itu. Saya banyak mendapatkan pengetahuan dan berusaha agar tidak terjerumus dalam ruang hitam tersebut. "Millata Abraham" dalam ajaran yang meragukan kitab suci Al-quran sebagai pedoman hidup umat Muslim. Dalam seminar tersebut, ketua MPU Kota Banda Aceh menjelaskan bahwa aliran ini menafsirkan Al-quran menurut keinginan dan nafsu mereka dan tidak mengunakan kaedah-kaedah ilmu tafsir. misalnya kata "Ismi” pada "bismillah" ditafsirkan dengan paham ideologi mereka.
Mereka juga tidak memercayai hadits Nabi Muhammad SAW. Mereka mengingkari hadist karena tidak diyakini sebagai sumber hukum kebenaran (sumber hukum kedua setelah Al-quran). Menurut mereka hadis terpecah-pecah kepada hadist shahih, hadis hasan, hadis dhaif dan hadist palsu. Selain itu, mereka juga mengingkari salat lima waktu dan yang mereka akui adalah salat malam yang dilaksanakan dengan posisi duduk dengan menghadap lilin yang telah dinyalakan dengan lampu yang telah dimatikan. Aliran sesat ini pun tidak percaya Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan rasul Allah yang terakhir. Mereka meyakini masih ada nabi setelah Nabi Muhammad SAW.
Saya juga pernah mendengar dari teman-teman dan membaca berita tentang ajaran palsu ini. Ternyata Millata Abraham dan aliran-aliran sejenisnya tergolong dalam aliran perusak aqidah umat Islam, pemurtadan, penistaan atau penodaan agama Islam dan pengikutnya dinyatakan tergolong murtad. Kelompok sesat ini menamakan dirinya Komunitas Millata Abraham (Komar). Akhirnya aksi mereka terungkap, anggota kelompok ini berasal dari kalangan terpelajar dan mahasiswa. Beberapa diantaranya adalah murid sekolah unggulan di Banda Aceh dan Aceh Besar. Penyebar ajaran sesat ini adalah sekelompok anak muda berpendidikan. Mereka memang mengincar kalangan terdidik.
Pernah saya bermimpi tentang teman akrab masa kecil dulu. Mimpi itu seperti kenyataan. Bahkan semenjak isu-isu hangat itu merebak, saya semakin sering bermimpi tentangnya. Sesekali terkejut dan terbangun. Keringat bercucuran dan pernah juga mata saya panas sehingga meneteskan air mata begitu saja. Tanpa membuang waktu, saya langsung mengambil wudhu, menghadap sang Khalik. Melaksanakan salat sunat tahajud, mencurahkan isi hati dan berdo’a kepada-NYA supaya diberikan pertololongan dan perlindungan dari segala kejahatan. “tunjukanlah kami kejalan yang lurus, jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat. Bukan jalan mereka yang Engkau murkai, dan bukan pula jalan mereka yang sesat. Perkenankan do’a kami.” Amin yaa rabbal ‘alamin.
Pernah saya meminta bantuan teman-teman kampus. Beberapa orang yang memang teman dekat, sudah saling percaya dan sering bersama. Malam itu saya minta izin dari kost untuk keluar bersama gadis berwajah Arab untuk mengeprint tugas. Sebelumnya teman-teman kampus sudah menunggu disalah satu tempat makan di simpang Jambotape, Banda Aceh. Usai print kami langsung meluncur kesana. Menceritakan kasus yang menimpa teman kost kami. Pertama tidak percaya, namun ada diantara mereka yang juga memiliki cerita yang sama dengan kejadian tersebut. Akhirnya mereka mempercayai dan ingin sekali membantu untuk menyelesaikannya.
Tiba-tiba suasana malam itu hening, sejenak kami berpikir dan mengaharap hidayah-NYA hadir dalam suasana yang mencekam itu. Ada diantara mereka yang mengusulkan pendapat untuk melaporkan kepada pihak yang berwajib, meminta bantuan pemerintah Aceh, Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) dan usulan lainnya. Sebenarnya kami sangat bingung, namun berusaha untuk tidak panik. Tidak ingin hal ini berlarut-larut. Kami akan mengatur strategi untuk menyelesaikan. Semuanya butuh waktu dan proses yang panjang. Perlu kesabaran dan do’a.
Keesokan harinya saya mencoba melaksanakn misi kedua yaitu, menceritakan kepada dosen di kampus. Kebetulan dua orang dosen saya adalah ketua MPU Banda Aceh dan Aceh Besar. Alhamdulillah mereka menyambut hangat kedatangan saya dan kami berdiskusi mengenai kasus tersebut. Saya berharap dari kedua pemimpin ini agar mereka memberikan solusi yang terbaik dan bisa bekerjasama, khususnya menyelesaikan masalah aqidah umat. Tidak lupa saya memberikan bukti photo copy buku bacaan mereka dan menjelaskan keterangan-keterangan lainnya yang berkenaan dengan aliran sesat tersebut.
Akhirnya pada 22 April 2011, aliran yang dinyatakan sesat ini disyahadatkan kembali di Masjid Raya Baiturrahman, Banda AcehPensyahadatan itu dilakukan untuk mengembalikan para pengikut aliran sesat itu ke ajaran Islam yang benar (kafah) berdasarkan Al-quran dan hadis. Termasuk teman akrab saya yang pernah tersentuh ajaran kotor itu juga ikut mensucikan diri dan hatinya kembali. Subhanallah.
Saya bersama teman-teman seperjuangan lainnya bersujud syukur kepada Allah. Perasaan bahagia terpancar nyata diwajah tanpa dosa. Kami berharap tidak ada lagi aliran-aliran sesat yang menghancurkan persatuan umat Islam. Semoga pemahaman umat manusia terhadap islam lebih terikat kuat dan selalu menerapkan syariat islam secara kaffah di bawah naungan Khilafah. Berpedoman pada Al-qur’an dan sunnah. Sesuai dengan perintah-NYA. InsyaAllah…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar