Jumat, 18 Januari 2013

Ninek Dan Cucunya


Alkisah tentang kehidupan seorang nenek berumur hampir satu abad. Sebuah desa yang terletak di sebelah matahari terbit, Krueng Batu merupakan salah satu desa dari sekian banyak desa yang terdapat dalam catatan penduduk kabupaten yang penuh dengan legenda, Aceh Selatan. Nenek yang bernama Ninek itu hidup dengan seorang cucu laki-laki yang tidak punya orang tua. Ninek seorang wanita yang lahir pada tahun 1933 ini masih juga memiliki tanggung jawab, memberi makan untuk cucu dari putri pertamanya. Hidup dengan serba kekurangan,tak peduli dengan usia yang sudah begitu tua, semasih kaki bisa berjalan, walaupun detak jantung sudah sedikit lambat. Namun, nenek ini masih juga tegar dalam melakukan aktivitas mencari nafkah untuk bisa makan bersama cucunya.
Sekitar 10 tahun yang lalu, beliau tinggal bersama suami dan dua putri tercinta. Meskipun pada masa itu hidup dalam gubuk bambu tapi beliau masih juga merasakan kebahagian. aktivitas sehari hari belau pergi ke sawah dan ke kebun bersama suami dan anak-anaknya. Pada waktu itu rumah beliau jauh sedikit dengan jalan lalu lintas desa yang tempat beliau tinggal, rumah itu memang sangat asing dengan rumah lain, sawah dan kebun adalah taman rumah yang paling indah pada masa itu, suasana rumah yang membuat kita lupa dengan aktivitas, dikala sore angin spoi seakan-akan mendoda idikan kita dalam suasana itu,
 pada jaman dulu orang tua lebih suka membangun rumah dilahan yang luas. Selain kesawah mereka juga bisa bercocok tanam di seputaran rumah. Hidup dengan keluarga pada masa itu sangat mewah dengan pendapatan yang cukup memadai, begitu terasa kebahagian, walaupun dulu bekerja dalam panasnya matahari, tapi rasa bersama itu ada disetiap ayunan langkah yang beliau jalankan.
 Jauh berbeda dengan kehidupan sekarang. Nenek yang berumur 80 tahun  ini, sekarang tinggal dalam rumah berukuran 4x6 meter yang dibangun oleh pemerintah dengan seadanya. Walaupun rumah ini kelihatan sedikit mewah, tapi sangat disayangkan suami dan dua orang putri yang dulu bersama beliau sakarang sudah dipisahkan oleh dua hal yang tak bisa beliau pungkiri. Suami dan putri pertamanya sudah lama meninggalkan beliau untuk selamanya. Orang yang memberikan kebahagiaan selama ini sudah pulang ke rahmatullah. Sedangkan putri keduanya pergi merantau ke kampung orang, dan sekarang sudah mempunyai suami dan saudara lain.
Asmah adalah nama anak putri keduanya, yang kini sudah jauh dengan beliau, rasa kasih sayang dari Asmah jarang beliau dapatkan, hal ini dikarenakan putri keduanya ini jarang pulang kekampung halaman, apa lagi mengenai kebutuhan hidup. Hari-hari yang di lalui nenek tua ini dengan penuh rasa sabar dan bersyukur, walaupun putrinya sudah menjadi sebagaian dari keluarga orang lain, namun nenek ini juga masih bisa menjalani hidup dengan cucunya.  
Tahun berganti tahun, wanita yang lahir pada masa 80 tahun yang lalu, jalannya sudah mulai membungkuk, tapak kaki yang tebal sehingga tidak terasa lagi disaat duri menusuk. Kulit yang sudah kelihatan keriput namun semangat tidak akan pernah pudar untuk terus menjalani hidup. Ekonomi yang semakin melarat, tenaga yang semakin berkurang, nenek ini bekerja hanya bisa membantu rumah tetangga dan saudara lingka, seperti memasak, membersihkan beras, menyapu rumah, dan banyak hal lain yang ia lakukan untuk bisa mendapatkan sedikit upah. Cucu yang semakin hari semakin besar, kebutuhan yang diperlukan semakin meningkat, baik pangan maupun sandang, semuanya menjadi tanggung jawab beliau. Apalah daya nenek yang tulang sudah rapuh ini harus bisa memenuhi kebutuhan tersebut.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar